PENDAHULUAN
Tengkawang adalah jenis Shorea yang telah lama dikenal di Indonesia. Jenis ini termasuk famili Dipeterocarpacea. Daerah penyebarannya adalah Asia Tenggara yaitu : Thailand, Malaysia, Indonesia (Kalimantan dan Sumatera), Serawak, Sabah dan Phillipina. Tumbuh baik pada daerah beriklim tropika basah dengan ketinggian 5 - 1.000 m dpl, serta lokasi yang bertanah liat, berpasir, maupun berbatu yang digenangi atu tidak digenangi air. Biji tengkawang dapat digunakan sebagai bahan baku industri demikian pula kayunya yang dikenal dengan nama kayu meranti. Di Indonesia terdapat 13 jenis pohon penghasil tengkawang, di mana 10 jenis di antaranya terdapat di Kalimantan dan 3 jenis lainnya di Sumatera. Umumnya berbunga pada bulan September - Oktober dan buah masak pada bulan Januari - Maret, berbuah lebat setelah kemarau panjang.
JENIS DAN GAMBARAN POHON
1. Shorea amplexicaulis (Tengkawang merah telur). Pohon berukuran sedang sampai besar. Tinggi pohon 30-40 m. Tajuk bulat melebar. Daun beruikuran 11 - 21 x 5 - 8 cm. Buah bersayap 5 dengan ukuran 3,7 x 2,5 cm.
2. Shorea beccariana Martelli (Tengkawang bukit). Pohon berukuran sedang sampai besar. Tinggi pohon 40 m. Daun berukuran 11 - 20 x 5,5 - 8 cm. Buah bersayap 5 dengan ukuran 3,7 x 2,5 cm.
3. Shorea lepidota ( Meranti bunga).
Pohon berukuran besar, berbanir. Daun berukuran 6 - 14 x 36 cm, buah 16 x 11 cm.
4. Shorea macrantha (Meranti lengkong L daon).
Pohon kecil sampai sedang. Daun berukuran 6 - 17 x 2,5 - 8 cm, buah 5,5 x 2,5 cm.
5. Shorea mecistopteryx Ridl. (Tengkawang layar).
Pohon besar, 6 - 17 x 2,5 - 8 cm, buah 5,5 x 2,5 cm.
6. Shorea palembanica Miq (Majau) .
Pohon kecil hingga sedang, berbanir. Daun berukuran 8 - 25 x 4 - 10 cm, buah 3,5 cm.
7. Shorea pinanga Sceff. (Tengkawang layar) .
Pohon sedang sampai besar (diameter 50 - 55 cm, tinggi 30 - 40 m), Daun berukuran 11 - 24 x 4 - 9 cm, buah 2 - 4 cm. Bentuk tajuk bulat melebar. Tidak berbanir.
8. Shorea scaberima Burck (Tengkawang kijang).
Pohon berukuran sedang tidak berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 7 - 20 x 4 - 9 cm, buah 5 x 2,5 cm.
9. Shorea seminis (de Vriese) Slooten (Terindak).
Pohon sedang sampai besar, tidak berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 17 - 35 x 10 - 14 cm, buah 6 x 4 cm.
10. Shorea macrophylla Ashton (Tengkawang tunggul jantong).
Pohon sedang hingga besar, tinggi 20 - 40 m, berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 17 - 35 x 10 - 14 cm, buah 6 x 4 cm.
11. Shorea splendida / Shorea martiniana (Tengkawang rambai).
Pohon berukuran kecil sampai sedang. Tidak berbanir. Tajuk bulat. Daun berukuran 8,5 - 23 x 4,2 - 11 cm, buah 5,5 x 3 cm.
12. Shorea stepnoptera Burck (Tengkawang tungkul) .
Pohon kecil tidak berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 18 - 40 x 8 - 22 cm, buah 5 x 3 cm.
13. Shorea sumatrana (Slooten ex Thorel Symington) (Tengkawang besak) .
Pohon sedang sampai besar. Tinggi 30 m. Berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 9 - 18 x 2,5 - 8 cm, buah 1 x 1 cm.
KEGUNAAN
1. Bijinya yang mengandung lemak dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan coklat, margarine, malam, sabun dan bahan kosmetika.
2. Kayu umumnya termasuk meranti merah banyak dipergunakan untuk kayu pertukangan dan plywood.
PENGADAAN BIBIT
Bibit dapat diperloleh secara :
1. Vegetatif yaitu stek dan stump, stump
berukuran diameter 1,5 - 2,5 cm dan tinggi 10 - 15 cm.
2. Generatif yaitu biakan dari benih.
Buah yang masak dan abermutu baik segera disemaikan dalam kantong plastik. Setelah 3 - 4 bulan bibit dapat dipindahkan ke lapangan.
3. Anakan alam. Tinggi 20 - 30 cm.
PENANAMAN
Jenis penghasil tengkawang merupakan jenis setengah toleran di mana pada waktu muda memerlukan peneduh. Oleh karena itu untuk penanamannya perlu terlebih dahulu dibuat tanaman peneduh seperti Albizia falcataria apabila lapangannya terbuka. Jika keadaan lapangan berupa belukar maka belukar dapat dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh. Dalam hal ini cukup dibuat jalur-jalur untuk penanaman.
Jarak tanam umumnya 5 x 5 m dengan lubang berukuran 40 x 40 x 40 cm. Jumlah bibit yang dibutuhkan per ha adalah 400 pohon dengan persen tumbuh rata-rata 90 %. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan.
PEMELIHARAAN
1. Tanaman peneduh dikurangi berangsung-
angsur dan pada umur 3 -5 tahun tanaman peneduh ditiadakan sama sekali.
2. Bersihkan dari tanaman pengganggu.
3. Lakukan penjarangan pada pohon-pohon
yang tertekan.
Sumber :
Anonymous. Tengkawang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan RI
http://indonesianforest.com/frameset.php (diakses pada 17/01/2014)