Sunday, 22 June 2014

Lincoln yang Suka Belajar

Abraham Lincoln adalah seorang presiden yang sangat dihormati dan disayangi oleh rakyat Amerika Serikat. Ia memiliki semangat belajar sungguh-sungguh rajin dan tidak mengenal lelah yang merupakan teladan yang diikuti oleh banyak orang Amerika.
Saat remaja, Lincoln tidak menerima banyak pendidikan formal, tetapi ua senang belajar dan tidak malu bertanya. Karena keinginannya membaca buku sangat besar, ia pernah berkeliling mendatangi seluruh perpustakaan yang berada didekat kota, untuk meminjam dan membacanya.
Lincoln juga senang mendengarkan pidato orang lain. Ia pernah berjalan kaki sejauh 30 - 40 km untuk mendengarkan pidato orang lain dan bergegas pulang pada tengah malam. Dalam perjalanan pulang, ia menyusun kembali intisari pidato tadi, kemudian berlatih sendiri.
Untuk memperdalam teknik dan daya tarik pidatonya, Lincoln banyaj mengikuti kuliah dan seminar, berusaha mengambil kesempatan untuk memberikan pidato. Dalam kesempatan - Kesempatan dan latihan inilah, Lincoln akhirnya dapat menjadi ahli pidato yang terkenal.
Pesan : ♧
Thomas Alfa Edison, seorang penemu terkenal, pernah berkata "Keberhasilan saya dikarenakan 1% bakat dan 99% ketekunan" . Semua orang yang berhasil didunia, sangat tekun dan rajin belajar dan tidak pernah mencari alasan untuk diri sendiri.

Saturday, 18 January 2014

(Kantong Semar) Nepenthes sp. Tanaman Langka dari Riau

Pendahuluan 
  Kantong semar atau dalam bahasa latinnya Nepenthes sp. Pertama kali dikenalkan oleh J.P Breyne pada tahun 1689. Di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan ini berbeda antara daerah satu dengan dengan daerah yang lainnya. Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini dengan sebutan Periuk Monyet, di Jambi disebut dengan Kantung Beruk, di Bangka disebut Ketakung, sedangkan Sorok Raja Mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman ini. Sementara di Kalimantan setiap suku memulikia istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai Ketupat Napu, Suku Dayak Bakumpai dengan Telep Ujung, sedangkan Suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan Selo Bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006).
     Sampai saat ini tercatat terdapat 103 jenis kantong semar yang sudah dipublikasikan (Firstantinovi dan Karjono, 2006). Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa serangga. Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong yang menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantung.
   Kemampuannya yang unik dan asalya yang dari negara tropis itu menjadikan kantong semar sebagai tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Sayangnya di negaranya sendiri justru tak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya (Wirtanto, 2006).

Penyebaran
       Kantong semar tumbuh fan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia tenggara, hingga Cina bagian selatan. Indonesia memiliki Pulau Kalimantan dan Sumatera sebagai surga habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) sebagai pusat penyebaran Kantong Semar.
       Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi, setelah Kalimantan. Keragaman jenis Kantong Semar di Pulau lainnya belum diketahui secara pasti. Namun hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense, Bogor, ditemukan bahea di Sulawesi minimum 10 jenis, Papua sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan Jawa dua jenis (Mansur, 2006).

Keunikan
     Nepenthes tidak memerlukan nutrien tambahan dari pupuk walaupun kebanyakan tumbuh dirawa-rawa atau dataran rendah yang kandungan nitrogennya sangat sedikit. Hal ini karena nepenthes adalah tanaman yang di dalam kantongnya mengandung nektar yang terdapat zat-zat sederhana seperti nitrogen, fosfor, kalium dan garam-garam mineral yang diperoleh dari penguraian protein serangga yang terjebak dalam Kantong Semar oleh enzim proteolase.
      Keunikan lain, ada pada cara ia mendapatkan makanan. Bukan dengan akar yang menyerwp nutrisi dari tanah, tanaman ini menyerap nutrisi dari serangga yang terjebak didalam kantingnya. Serangga dihancurkan oleh semacam senyawa menyerupai asam lambung lantas dihisap sari-sarinya. Itulah sebabnya ia mampu bertahan di daerah yang tergolong tandus.

Manfaat
     Nepenthes sp. banyak dimanfaatkan untuk tanaman hias, untuk mencegah anak-anak kecil ngompol dengan cara menuangkan cairannya diatas kepala anak tersebut dan sisanya diminum, untuk membantu memperlancar persalinan ibu saat melahirkan, sebagai obat mata, sebagai obat batuk, dan mengobati kulit yang terkena luka bakar. Selain itu, perasan daun atau akarnya dapat digunakan sebagai astrigen (larutan penyegar) serta rebusan akarnya sebagi obat sakit perut atau disentri dan demam.

Status Perlindungan
     Status perlindungan tanaman kantong semar termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi  Convention on International Trade in Endangered Spesies (CITES), dari 103 spesies kanting semar didunia yang sudah dipublkasikan ada 2 jenis : Nepenthes rajah, Nepenthes khasiana masuk dalam kategori appendik -1. Sisanya dalam kategori appendik -2. Itu artinya segala bentuk perdagangan sangat dibatasi.

 Sumber :
Agrovaria. Edisi September 2013. Media komunikasi PT Astra Agro Lestari
Wikipedia.com. Nepenthes-sp.html

Friday, 17 January 2014

Pohon Tengkawang (Dipterocarpaceae)

PENDAHULUAN
    Tengkawang adalah jenis Shorea yang telah lama dikenal di Indonesia. Jenis ini termasuk famili Dipeterocarpacea. Daerah penyebarannya adalah Asia Tenggara yaitu : Thailand, Malaysia, Indonesia (Kalimantan dan Sumatera), Serawak, Sabah dan Phillipina. Tumbuh baik pada daerah beriklim tropika basah dengan ketinggian 5 - 1.000 m dpl, serta lokasi yang bertanah liat, berpasir, maupun berbatu yang digenangi atu tidak digenangi air. Biji tengkawang dapat digunakan sebagai bahan baku industri demikian pula kayunya yang dikenal dengan nama kayu meranti. Di Indonesia terdapat 13 jenis pohon penghasil tengkawang, di mana 10 jenis di antaranya terdapat di Kalimantan dan 3 jenis lainnya di Sumatera. Umumnya berbunga pada bulan September - Oktober dan buah masak pada bulan Januari - Maret, berbuah lebat setelah kemarau panjang.

JENIS DAN GAMBARAN POHON
1. Shorea amplexicaulis (Tengkawang merah telur). Pohon berukuran sedang sampai besar. Tinggi pohon 30-40 m. Tajuk bulat melebar. Daun beruikuran 11 - 21 x 5 - 8 cm. Buah bersayap 5 dengan ukuran 3,7 x 2,5 cm.

2. Shorea beccariana Martelli (Tengkawang bukit). Pohon berukuran sedang sampai besar. Tinggi pohon 40 m. Daun berukuran 11 - 20 x 5,5 - 8 cm. Buah bersayap 5 dengan ukuran 3,7 x 2,5 cm.

3. Shorea lepidota ( Meranti bunga).
Pohon berukuran besar, berbanir. Daun berukuran 6 - 14 x 36 cm, buah 16 x 11 cm.

4. Shorea macrantha (Meranti lengkong L daon).
Pohon kecil sampai sedang. Daun berukuran 6 - 17 x 2,5 - 8 cm, buah 5,5 x 2,5 cm.

5. Shorea mecistopteryx Ridl. (Tengkawang layar). 
Pohon besar, 6 - 17 x 2,5 - 8 cm, buah 5,5 x 2,5 cm.

6. Shorea palembanica Miq (Majau) . 
Pohon kecil hingga sedang, berbanir. Daun berukuran 8 - 25 x 4 - 10 cm, buah 3,5 cm.

7. Shorea pinanga Sceff. (Tengkawang layar) . 
Pohon sedang sampai besar (diameter 50 - 55 cm, tinggi 30 - 40 m), Daun berukuran 11 - 24 x 4 - 9 cm, buah 2 - 4 cm. Bentuk tajuk bulat melebar. Tidak berbanir.

8. Shorea scaberima Burck (Tengkawang kijang). 
Pohon berukuran sedang tidak berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 7 - 20 x 4 - 9 cm, buah 5 x 2,5 cm.

9. Shorea seminis (de Vriese) Slooten (Terindak).
Pohon sedang sampai besar, tidak berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 17 - 35 x 10 - 14 cm, buah 6 x 4 cm.
10. Shorea macrophylla Ashton (Tengkawang tunggul jantong).
Pohon sedang hingga besar, tinggi 20 - 40 m, berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 17 - 35 x 10 - 14 cm, buah 6 x 4 cm.

11. Shorea splendida / Shorea martiniana (Tengkawang rambai).
Pohon berukuran kecil sampai sedang. Tidak berbanir. Tajuk bulat. Daun berukuran 8,5 - 23 x 4,2 - 11 cm, buah 5,5 x 3 cm.

12. Shorea stepnoptera Burck (Tengkawang tungkul) .
Pohon kecil tidak berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 18 - 40 x 8 - 22 cm, buah 5 x 3 cm.

13. Shorea sumatrana (Slooten ex Thorel Symington) (Tengkawang besak) .
Pohon sedang sampai besar. Tinggi 30 m. Berbanir. Tajuk bulat melebar. Daun berukuran 9 - 18 x 2,5 - 8 cm, buah 1 x 1 cm.

KEGUNAAN
1. Bijinya yang mengandung lemak dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan coklat, margarine, malam, sabun dan bahan kosmetika.
2. Kayu umumnya termasuk meranti merah banyak dipergunakan untuk kayu pertukangan dan plywood.

PENGADAAN BIBIT
Bibit dapat diperloleh secara :
1. Vegetatif yaitu stek dan stump, stump
berukuran diameter 1,5 - 2,5 cm dan tinggi 10 - 15 cm.
2. Generatif yaitu biakan dari benih.
Buah yang masak dan abermutu baik segera disemaikan dalam kantong plastik. Setelah 3 - 4 bulan bibit dapat dipindahkan ke lapangan.
3. Anakan alam. Tinggi 20 - 30 cm.

PENANAMAN
     Jenis penghasil tengkawang merupakan jenis setengah toleran di mana pada waktu muda memerlukan peneduh. Oleh karena itu untuk penanamannya perlu terlebih dahulu dibuat tanaman peneduh seperti Albizia falcataria apabila lapangannya terbuka. Jika keadaan lapangan berupa belukar maka belukar dapat dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh. Dalam hal ini cukup dibuat jalur-jalur untuk penanaman.
       Jarak tanam umumnya 5 x 5 m dengan lubang berukuran 40 x 40 x 40 cm. Jumlah bibit yang dibutuhkan per ha adalah 400 pohon dengan persen tumbuh rata-rata 90 %. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan.

PEMELIHARAAN
1. Tanaman peneduh dikurangi berangsung-
angsur dan pada umur 3 -5 tahun tanaman peneduh ditiadakan sama sekali.
2. Bersihkan dari tanaman pengganggu.
3. Lakukan penjarangan pada pohon-pohon
yang tertekan.

Sumber :
Anonymous. Tengkawang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan RI

http://indonesianforest.com/frameset.php (diakses pada 17/01/2014)